Minggu, 28 Juli 2019

Mengambil berkah dari sebuah apel


dakwatuna.com - “Alhamdulillah, selama hidup saya tidak pernah makan sesuatu atau memberikan sesuatu yang dilarang Allah pada anak saya untuk dimakan. Anak perempuan saya baik dalam segala hal. Kalian adalah pasangan yang serasi. Semoga Allah Subhanahu wa ta`ala memberkati kalian dan menganugerahkan kalian anak yang shaleh. Saya memberikan kebun apel ini sebagai hadiah pernikahan kalian. Sekarang, pergilah menemui isterimu.”
Kalimat penuntas itu ditujukan kepada seorang lelaki Tsabit bin Ibrahim, yang tidak lain adalah ayah kandung Imam Abu Hanifah –seorang imam dan cendekiawan sepanjang masa– ketika masih muda telah menjadi seorang yang sangat shaleh, jujur dan suka menolong. Ia tidak pernah iri hati pada harta benda milik orang lain. Ia juga berusaha untuk tidak melanggar hak orang lain.
Siang itu udara panas sekali. Seorang anak muda berjalan sendiri, di tengah hutan gersang dengan pepohonan yang jarang. Tampak terseok-seok berjalan. Didera rasa haus dan lapar ia mencoba untuk tetap meneruskan perjalanan. Ternyata di hutan itu ia menemukan sebuah sungai kecil berair cukup jernih.
Alhamdulillah air ini cukup membantu menghilangkan dahagaku. Dia berkata dalam hati seraya membasuh mukanya.
Namun setelah air mengalir membasahi kerongkongannya, perutnya pun berteriak minta diisi. Sudah dua hari lebih ia belum makan. Sepanjang melintasi perjalanan tadi, ia belum menemukan makanan apapun. Jangankan hewan liar, pohon yang berbuah pun tak dijumpainya.
Sambil duduk memandangi sungai, ia merenungi perjalanannya, atau lebih tepat pengembaraannya. Telah beberapa waktu dilalui hidupnya untuk mengembara melintasi bumi Allah, sekedar mencari pengalaman hidup dan berguru pada mereka yang ditemuinya. Tanpa sadar karena lapar dan kantuk yang mulai menyerang, dilihatnya satu dua benda yang mengapung di sungai kecil itu. Dipandanginya lebih jelas. Ya, itu adalah buah, seperti buah apel karena merah warnanya. Bangkit dari duduknya kemudian mencari sebatang dahan kayu untuk menarik buah itu ke pinggir.
“Alhamdulillah, kalau rezeki tak akan kemana. Bismillahirrahmaanirrahiim….hmm, lezat sekali apel ini. Serasa masih baru dipetik dari pohonnya.” Gumamnya, setelah 3-4 gigitan yang telah ditelan, tiba-tiba anak muda itu berhenti mengunyah apel tersebut.
“Astaghfirullah, buah ini belum diketahui siapa yang empunya, kok sudah aku makan tanpa seijinnya.” Sejenak kemudian mengalir air matanya. Terisak ia.
“Buah ini belum halal bagiku. Duhai perutku maafkan diriku yang telah memberikan sesuatu yang belum jelas kehalalannya padamu.” Terdiam, buah apel yang sudah separuh dimakan itu kemudian ia pandangi, berpikir mencoba mengolah isi hatinya. Sebuah sikap langka untuk sekarang ini.
Saat ini kejujuran begitu sulit ditemui. Kejujuran sudah menjadi barang langka, jangankan untuk mengembalikan atau menghalalkan sepotong apel, uang triliunan rupiah dibawa kabur sambil tidak ada niat untuk mengembalikannya. Atau untuk hal-hal “kecil” seperti menggunakan aset kantor untuk keperluan pribadi, sudahkah kita menghalalkannya?
“Aku harus menemukan sumber dari buah apel ini. Bertemu dengan pemiliknya dan meminta kepadanya untuk mengikhlaskan satu buah apel ini untuk menjadi rezekiku.”
Bergegas ia membereskan perbekalannya dan kemudian berjalan menyusuri sungai kecil itu untuk menemukan sumber buah apel yang dimakannya. Hingga sampailah ia di sebuah kebun kecil di pinggir sungai yang disusurinya itu. Tampak ada beberapa ladang dengan beberapa jenis tanaman lain di dekat situ, juga sebuah gudang kecil. Sejurus kemudian tertahan pandangannya pada sebuah rumah yang sederhana namun cukup asri yang menunjukkan penghuninya adalah orang yang rajin merawatnya. Menujulah ia kesana dengan harap-harap cemas dapat bertemu pemiliknya.
Pemuda Tsabit sesekali membandingkan apel yang ada di tangannya dengan apel yang ada di sekitar kebun itu. Tsabit yakin apel yang ada di tangannya itu berasal dari kebun itu.
“Assalamu’alaikum..”
“Wa alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh..”
Sesosok lelaki paruh baya muncul dari balik pintu.
“Siapakah engkau wahai anak muda?”
“Nama saya Tsabit bin Ibrahim, apakah bapak pemilik rumah ini, juga kebun dan ladang di dekat rumah ini?”
“Betul, sayalah pemiliknya.”
“Apakah kebun apel itu juga milik bapak?”
“Iya, kebun itu milik saya, sekarang sedang berbuah.
“hmm, silakan masuk dan duduk dulu.”
“Begini tuan, saya adalah seorang pengembara, ketika sedang dalam perjalanan, saya menemukan sungai kecil. Disitu kemudian saya temukan beberapa buah apel yang terapung. Karena lapar yang telah begitu mendera , saya ambil dan saya makan. Saya baru sadar bahwa buah ini pasti ada yang punya sebelumnya, hingga kemudian saya mengikuti sungai tadi dan menemukan kebun dan rumah Tuan” lanjutnya sambil memperlihatkan buah apel yang tinggal separuh.”
“Hmm….”, lelaki pemilik rumah itu bergumam pendek.
“Maafkan saya, sudilah kiranya Tuan yang baik hati untuk mengikhlaskan buah apel ini untukku. Tanpa keikhlasan Tuan, niscaya buah apel ini akan menjadi barang haram yang saya makan, dan saya akan menyesalinya seumur hidup saya. Tak terperi rasanya dalam urat nadi saya mengalir darah yang yang disusupi ketidakhalalan. Bagaimana pertanggungjawaban saya terhadap keturunan saya, darah daging saya kelak??” Pemuda ini kembali menyaput air mata yang menggenang..
Pemilik kebun itu adalah seorang yang alim dan shaleh. Ia tahu, dalam pandangan agama tidak ada alasan untuk tidak mengizinkan seseorang makan apel yang ditemukan di pinggir sungai.
Ia merenung, “Saya ingin mengetahui, apakah anak muda ini benar-benar seorang yang ‘alim, yang takut pada Allah karena telah melakukan sesuatu yang ia tidak yakin apakah itu benar atau salah. Atau ia hanya seorang pembual bermuka dua, yang hanya ingin menarik perhatian?” Untuk bisa menjawab pertanyaan itu, akhirnya pemilik kebun apel memutuskan untuk menguji anak muda tersebut.
Setelah beberapa saat pemilik kebun apel berkata dengan roman muka yang masam. “Anak muda, saya tidak bisa begitu mudah memaafkan kamu, saya punya persyaratan untuk itu.” Tiba-tiba ia mendapat ide untuk menguji anak muda ini.
“Baiklah, tapi saya mengajukan persyaratan. Untuk apel yang telah engkau makan, engkau harus membayarnya dengan bekerja di kebunku selama 3 tahun tanpa bayaran. Jadi engkau hanya akan mendapat makanan dan minuman sehari-hari sebagai upah bekerja itu. Dan untuk itu, engkau boleh menempati gudang di sebelah itu sebagai tempat bernaungmu.”
Awalnya Tsabit muda bersiteguh untuk membayar apel itu, tetapi pemilik kebun apel tidak mengizinkannya. Tercekat pemuda itu mendengar ucapan si orang tua. Lama ia terdiam, kacau, kalut, menimbang-nimbang. Akhirnya, setelah menghela nafas sambil beristighfar berkali-kali, ia mengangguk. Tidak ada pilihan lain. Ia harus memperbaiki kesalahannya, agar dimaafkan. Tanpa berpikir panjang lagi segera ia menyetujui persyaratan yang sulit itu. Selama tiga tahun ia bekerja untuk pemilik kebun apel itu.
“Tuan, mungkin sudah ditakdirkan oleh Allah, ini sudah menjadi suratan nasib saya. Kiranya Allah mengetahui apa yang terbaik bagi saya demi halalnya makanan yang masuk ke dalam tubuh saya ini.”
Akhirnya bekerjalah sang anak muda itu di kebun dan ladang lelaki tua. Dengan giat dijalani hidupnya di ladang dan kebun tersebut. Seraya selalu memohon keberkahan dalam lakon hidup yang dijalaninya.
Setelah 3 tahun berjalan, anak muda itu kemudian menemui pemilik kebun.
“Tuan, hari ini hari terakhir saya bekerja disini. Saya telah menyelesaikan janji saya memenuhi permintaan Tuan.”
Pemilik kebun apel sadar, bahwa anak muda ini, yang sedang berdiri di hadapannya, adalah orang yang luar biasa. Anak muda ini telah memikat hatinya dan karenanya ia tidak akan membiarkan anak muda ini pergi begitu saja.
Pemilik kebun apel sejenak kemudian menjawab, “Tunggu dulu anak muda, masa 3 tahun sudah engkau jalani, namun saya belum dapat memaafkan. Persayaratan terakhir adalah engkau harus menikahi putriku semata wayang. Yang perlu engkau ketahui bahwa ia tidak dapat menggerakkan tangannya, tidak bisa berjalan, tidak bisa mendengar dan tidak bisa melihat. Seandainya engkau menerimanya sebagai istri, maka kuikhlaskan buah apel dari kebunku yang engkau makan waktu itu.”
Jujur saja, menikahi seorang wanita cacat, adalah perkara yang sulit. Persyaratan ini sangat berat bagi Tsabit. Tapi hidup dengan mengabaikan suara hati nurani dan ketika kelak meninggal dan akan bertemu dengan Allah, tentunya lebih berat lagi. Tsabit merenung, begitu aneh perannya dalam kehidupan yang bisa terjadi, hanya karena menemukan apel yang sedang menggelinding di tepi sungai, lalu menggigitnya tanpa berpikir panjang. Sambil memandang tanah dengan wajah pucat pasi Tsabit berkata :
“Duhai, ujian apa lagi ini ya Allah, setiap lelaki tentu mengharapkan istri yang sempurna, secantik bidadari, bermata jeli dengan riasan mahkota permaisuri di kepalanya. Tak terbayang betapa berat semua ini.” Pilu doanya dalam hati.
Namun sebagai. “Ya, saya menyetujui persyaratan Tuan, dengan begitu sebaiknya Tuan memaafkan saya.” akhirnya lelaki yang teguh memegang janjinya itu mengangguk. Di dalam setiap ujian, ada hikmah yang semoga dapat meningkatkan ketakwaannya.
Beberapa hari kemudian, Tsabit menikah dengan anak perempuan si pemilik kebun apel secara sederhana. Pada malam harinya, Tsabit pergi menuju kamar pelaminan, dimana mempelai wanita telah menunggunya. Di sana ia melihat seorang muslimah impian yang cantik jelita, yang tersenyum padanya. Tsabit merasa takjub dan terheran-heran:
“Ya Allah, saya telah salah masuk kamar.” Tsabit bergegas meninggalkan kamar dan dalam sekejab ayah wanita itu datang menghampirinya.
“Maaf, saya telah salah masuk kamar.” Tsabit mencoba menjelaskan dengan wajah tersipu malu.
“Itu bukan kamar yang salah. Ia adalah anak perempuan saya.” jawab si pemilik kebun apel yang sekarang telah menjadi mertuanya.
“Saya sudah menemuinya. Tapi ia bukanlah anak perempuan seperti yang Tuan ceritakan pada saya. Ia sama sekali tidak cacat seperti yang Tuan katakan.”
Mertuanya berkata sambil tersenyum, “Anakku! Anak perempuan saya lumpuh, karena ia sampai saat ini tidak pernah memasuki tempat hiburan manapun, ia buta, karena sampai sekarang tidak pernah memandang laki-laki yang tak dikenalnya, ia juga tuli, karena ia selama ini tak pernah mendengar fitnah dan hanya mematuhi Al Qur’an dan kata-kata Rasululllah Shalallaahu Alaihi wa Sallam.”
Subhanallah sungguh keshalihahan seorang muslimah sejati. Hal Ini juga sudah langka. Saat ini kita begitu sulit menemukan seorang muslimah yang “buta, bisu, tuli, dan lumpuh” dari hal-hal yang diharamkan oleh Allah. Mungkin ada, tetapi begitu sulit menemukannya. Mungkin, bagi seorang laki-laki yang menginginkan muslimah seperti ini, setidaknya harus memiliki kejujuran yang dimiliki oleh Tsabit.
Karena alasan itulah sang pemilik kebun mempertimbangkan secara mendalam dan akhirnya mengambil keputusan menyerahkan anak perempuannya kepada Tsabit, karena dia telah yakin bahwa Tsabit pantas mendapinginya. Karena takut pada sari apel yang telah masuk ke dalam perutnya, setuju untuk bekerja selama 3 tahun hanya agar kesalahannya dimaafkan.
“Alhamdulillah, selama hidup saya tidak pernah makan sesuatu atau memberikan sesuatu yang dilarang Allah pada anak saya untuk dimakan. Anak perempuan saya baik dalam segala hal. Kalian adalah pasangan yang serasi. Semoga Allah Subhanahu wa Ta`ala memberkati kalian dan menganugerahkan kalian anak yang shaleh. Saya memberikan kebun apel ini sebagai hadiah pernikahan kalian. Sekarang, pergilah menemui isterimu.”
Begitu mendengar kata-kata itu, Tsabit segera melupakan semua kegundahan di hatinya selama ini dan pergilah ia menuju pasangan hidupnya yang berharga dan sangat dikasihinya. Dari pernikahan ini lahirlah Imam besar Abu Hanifah, yang mengajarkan dasar-dasar Mahzab Hanafi.
Tsabit telah memakan setengah buah apel, terus mencari pemiliknya meskipun harus menempuh perjalanan sehari semalam. Kemudian dia sanggup untuk menikahi anak pemilik kebun meskipun dikatakan bahwa putrinya tersebut buta, tuli, bisu, dan lumpuh. Sungguh semua itu dilakukan Tsabit demi kehalalan sebuah apel. Namun karena ‘kehalalan’ inilah dia beroleh berkah dari Allah.
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi.” (QS. Al Fathir:29)

Jumat, 26 Juli 2019

Jomblo itu bukan ngenes tapi jomblo itu pilihan


Oke guys kali ini gue mau bahas tentang jomblo hahaha..
Sebenernya apa si arti jomblo itu ? ada yang tau ? kasih tau gue kalo ada yang tau definisi sebenernya jomblo haha.. gue si menyikapi jomblo ini biasa aja, malah gue berfikir jomblo itu baik gan, bener ga  ? iya baik, jomblo itu terhindar dari banyak dosa gan, ga percaya , coba lu pada mikir dah, dalam islam bersentuhan antara kulit laki-laki dengan perempuan yang bukan muhrim itu dosa gan, gue inget hadits rosul SAW, kaya gini “ sesungguhnya ditusuknya kepala salah seorang diantara kamu dengan besi itu lebih baik dari pada menyentuh wanita yang bukan murim ( HR. Thabrani dan baihaqi). Lu baca baik-baik tuh hadits, semoga lu pada sadar haha.. jaman sekarang mana ada sii orang pacaran kaga pegang-pegangan tangan? Kalo ada tunjukin ke  gue, gue heran ame manusia di indonesia dah, kok pada mikir mau pacaran yaa? Kaga enak kalo ga punya pacar? Kesepian? Takut di bilang JoNes (Jomblo ngenes) ?  Enak nya apaan si? Orang tua yang dukung anak nya pacaran, gue sempet baca beberapa artikel tentang pacaran katanya sii, pacaran itu untuk penjajakan, pengenalan, biar kenal lebih deket satu sama lain, WTF lah dengan semua alasan orang pacaran, Qur’an juga udah ngasih peringatan guys di surat Al- Israa ayat 32 : Wa la taqrobuu Zina “jangan lah kamu mendekati zina” pacaran itu ajang setan buat menghasut lu ke dalam dosa besar gan, yaitu zina, dan pacaran itu adalah mendekati zina,,, mikir luu... Sampe sini masih ada yg mikir pacaran itu tahap pengenalan? mana buktinya kalo dengan pacaran bisa saling kenal lebih jauh, malahan kalo pacaran itu ajang saling bohong antar pasangan guys, percaya ga ? menurut riset yang gue baca, masa indah orang menikah yang sebelum nya pacaran itu kurang lebih 3-6 bulan doang, penyebab nya adalah karena bosen cuy, dan perceraian terjadi setelah 3-6 bulan pernikahan yg sebelum nya pacaran itu marak terjadi cuy, di dunia, sebab apa? Mereka merasa di bohongin sama pasangan nya, lu bisa bayangin ketka masih pacaran selalu menampilkan kebaikan pengen di liat baik ame pasangan masing2, eehh udah nikah baru dah pada kebuka semua keburukannya, ada yg suka kentut sembarangan lah, jorok lah, males sholat lah, kebluk tidurnya lah, begitu kan? Heyy orang yang pacaran...
Jomblo itu pilihan gan, gue apresiasi bagi para jomblo sedunia, gue dukung dah ke jombloan lu lu pada, jomblo itu enak , gimana ga enak!? Lu ga terikat ame siapapun, lu bebas mao maen kemana, ama siapa pun, dan paling keren dari jomblo itu peluang dosa jadi berkurang gan, dan lebih fokus buat ibadah, karir, keluarga dsb.. jomblo itu bisa lebih khuysu dalam ibadah, banyak kesempatan buat perbaiki diri, nyari ilmu dll, bisa lebih deket ame keluarga, bisa bahagiain emak ame bapak, dengan karir kita yang bagus,dan ga ke ganggu ame pacaran, soalnya kalo seseorang udah nikah bagi perempuan itu yang mesti di nomor satu kan adalah suami nya, sedangkan orang tua nya nomor 2, dan bagi para istri restu  paling utama adalah dari suami bukan dari orang tua lagi, makanya, buat perempuan fokus aja dulu bahagiain orang tua sebelum orang tua lu nomor dua kan kalo lu udah nikah, nah buat laki-laki emang walau udah nikah orang tua tetap jadi nomor satu, restu orang tua masih menjadi pedoman bagi kaum adam, tapi walau begitu, mending lu perbaiki diri gan, bahagiain orang tua lu, keluarga lu, jangan waktu lu habisin buat pacaran, ini bukan kata gue, islam udah mengatur ini semua, apa? Islam ribet? Lu aja yg pada ribet sendiri guys, Islam is Beautiful !
Jomblo itu pilihan, pilihan yang terbaik dari yang terbaik, pilihan untuk ga banyak dosa, pilihan buat memperbaiki diri, pilihan pilihan pilihan ...bukan Ngenes, ngenes mah flm nya ernest prakasa hahah.. garing ...
Nah buat para jomblowan dan jomblowati nyok ahh kita perbaikin diri, banyakin ibadah, sholat, ngaji, puasa, dan ibadah laennya.. dan untuk yg non islam yo sesuaikan dengan ibadah kalian..
Kalo lu udah jadi pribadi yang baik, udah banyak ilmu, toh Allah akan memberikan jodoh yang terbaik juga buat lu, kalo lu rajin baca qur’an allah bakal jodohin lu ame yang rajin baca qur’an, lu rajin sholat dhuha, tahajud Allah juga bakal ngasih jodoh yang rajin sholat dhuha dan tahajud, dan kalo lu sekarang jarang sholat, ngaji apalagi ga pernah, puasa setengah hari, yaa lu bakal dapet jodoh yang kaya gitu juga.. thinks guys, ga mungkin, lu amburadul bakal dapet jodoh sholeh/sholehah ,, kadang gue suka geli kalo liat orang yang do’a, minta jodoh cantik, sholelah/sholeh, ganteng/cantik dan dia nya sendiri kerjaan nya update status, sholat awang (males-red , bahasa bekasi), gue si punya pikiran yang jadi pedoman gue buat dapet jodoh, kaya gini pikiran gue, kalo gue sekarang ini males sholat, males ngaji , males ibadah, berarti jodoh gue di sana yang entah siapa dan dimana sedang satu keadaan sama gue, dia juga males sholat, males ngaji, males ibadah dll. Trus kalo gue ga bisa jaga pandangan, berarti dia jadi pusat pandangan orang, kalo gue suka main sama cewek berarti dia juga lagi main sama cowok, kalo gue dengan enteng pegang2 tangan bukan muhrim berarti dia juga demikian, gue ga rela jodoh gue kaya gitu guys,, dan kalo gue  ibadah, sholat, puasa, sedekah, tahajud, dhuha, kentjeng!  ,, widih.. jodoh gue juga ibadah, sholat, puasa, sedekah, tahajud, dhuha nya kentjeng gan,, itu yang jadi pedoman dan semangat gue !
Jadi sampe sini masih ada yang nanya , gimana mau nikah kalo ga pacaraaaaan!? Eiits.. Islam mengajarkan untuk ta’aruf guys, what is the meaning Ta’aruf? Okee nantikan tulisan gue selanjutnya tentang pandangan gue tentang ta’aruf..
Pesen gue untuk para jomblowan dan jomblowati pertahanin kejombloan lu dengan ibadah yang banyak, nyari ilmu agama yang banyak, rajin sedekah , Allah ga tidur guys, Allah melihat semua gerak-gerik kita dan menilai kesungguhan kita, jangan kalah sama cibiran orang yg bilang lu ga lakulah, jomblo ngenest lah, kalo ada yg di gituin lu jawab aja, “Allah lebih sayang sama gue, dan ga ngebiarin gue berbuat dosa”, ayo usaha supaya Allah demen ame kita dgn ibadah lu, kalo Allah udh demen , beeuuhh.. lu belom minta aja nih, baru ada di hati, udh di kasih ame Allah.. shadaapp.. ayo kita pertahanin status kita sebagai JOSH (JOmblo Sampai Halal) hahah mari kita dukung #IndonesiTanpaPacaran,
Sorry guys kepanjangan yaa..
Oke guys sekian dari gue,, makasih yg udah baca, moga ada manfaat.. see you next time.

NB: ini tulisan gue kira-kira tahun 2016 akhir, 

Kamis, 25 Juli 2019

Awal mencintai Sunda


Iya itu aja judul nya, gue selalu bingung kalo buat tulisan pake judul, soalnya suka ga nyambung hahah..
Awal gue suka segala nya tentang sunda itu berawal ketika gue di terima di kuliah di Kampus tercinta gue, cieeee .. ya ga lain adalah Universitas Pasundan !
Waktu itu gue kebetulan ngekost di daerah gegerkalong setiabudhi, gue ngekost di situ karena ga dapet kost yg cocok di wilayah tamansari  dan sekitarnya.
Awal kuliah gue polos pisan lah, kagak ngerti apa-apa, orang ngomong sunda gue kagak ngerti, untungnya gue masih di indonesia jadi gue pake bahasa indonesia aja, gue ga niat buat belajar bahasa sunda awalnya, karena keadaan dan lingkungan sekitar gue di haruskan beradaptasi salah satu nya dengan belajar bahasa sunda, dan gue ga ada kursus atau semacamnya belajar bahasa sunda, otodidak! Iya karena cara gue belajar apapun paling banyak juga otodidak, mulai dari gue perhatiin, denger, uji bcoba, praktik. Ya gitu lah cara gue belajar hahah..
Jadi awal gue belajar itu, ketika itu gue kuliah pulang pergi naik angkot, ga ada yg aneh dari gue pulang-pergi itu, sebulan dua bulan gue mulai perhatiin tuh, suasana di angkot, ada ibu-ibu naik angkot, terus dia mau turun , “kiri payun, pak” kata si ibu, berhentilah tuh angkot. Ada lg teteh-teteh “kiri payun pak,” berhenti lagi tuh angkot. Gue kira tuh sopir angkot namanya bapak yun, “pakyun”. Besok nya gue naik angkot, yg pada mau turun bilangnya gitu, trus gue perhatiin supir angkotnya beda, kok manggilnya pak yun juga, gue naik angkot beda lg, sama tuh orang yg mau turun bilang nya “kiri payun” , dengan supir angkot yg beda, makin bingung dong gue, gue mikir mungkin semua supir angkot di panggil “pakyun”, rasa penasaran gue mulai memuncak *jiah memuncak :D , gue cerita lah ke temen gue, namanya mirsa, orang indramayu, salah satu kawan dan lawan gue kalo main PES :D  “ mir, ane udh beberapa kali naik angkot, kok orang kalo mau turun bilangnya kiri payun, padahal beda angkot dan beda supir, apa semua supir angkot di bandung di panggil pakyun?” gue liat reaksi si mirsa malah ketawa, “ payun itu bahasa sunda nya depan”, jerrrr .... ternyata pengamatan gue salah hahah... nah mulai saat itu gue minat belajar bahasa sunda,
ada lagi alasan kenapa gue mesti belajar bahasa sunda, karena gue kapok di kerjain temen-temen gue hahaha..
begini cerita nya .. Pada jaman dahuluuuuuu.. eh engga deng bukan tok dalang kalo mau cerita :D
waktu itu pas mata kuliah apa gitu gue lupa, dosen nya lagi cerita, dan ada kata-kata “goreng”gue ga tau dong, gue pikir goreng yaa kaya goreng ayam dsb. Gue tanya ketemen gue , goreng artinya apa? Eh di jawab sama dia goreng artinya ganteng, melihat respons dia menjawab gue agak percaya agak enggak haha. Udah tuh berlalu weh gue belum mengklarifikasi arti kata “goreng” itu, masih dengan kata “goreng” kali ini di tambah dengan kata “patut”, ceritanya waktu itu lagi ada acara “Dauroh Pementor” tahun 2013 dari salah satu Organisasi yg gue ikutin, yap, pengetahuan aja, dauroh pementor itu acara untuk mempersiapkan pementor yang akan jadi pementor, pementor=tutor.
Ya waktu itu gue dapet amanah jadi penanggung jawab acara, acaranya di SDIT Ibnu Kholdun, Lembang, okeh kembali ke topik “goreng”, waktu itu ada pemateri yg nyampein materi oleh ustadz Yunus, tentang membaca Alquran. Dan di salah satu kata-katanya ada kata “goreng patut” yg lain pada ketawa dong, gue doang yg ga ketawa, gue makin penasaran, kata temen gue goreng itu artinya ganteng, kok di sini pada ketawa, jadi dalam materi itu yang paling gue inget Cuma goreng patut itu hahah.. gue nanya ke temen gue lupa kesiapa gue nanya nya “goreng patut artinya apa?” dia tau kalo gue ga ngerti sunda, dia jawab “bagus gus, bagus, keren dll.. sambil mengangkat dua jempolnya ke arah gue” haha..
Gue penasaran dong, gue klarifikasi lagi ke senior gue yg gue percaya lah “ kang goreng patut artinya apa ? “ goreng=jelek, gus, goreng patut bisa di artikan jelek banget gitu deh” dammmnnn jadi selama ini gue di bohongin dengan kata goreng + Patut itu toh..
Jadi mulai saat itu gue belajar bahasa sunda otodidak, tiap apapun orang ngomong sunda gue klarifikasi artinya dan gue inget, makanya tiap gue kuliah kalo dosen bercanda dengan bahasa sunda, yg lain pada ketawa gue mh diem weeh, , baru gue tanya ke temen “ tadi dosen ngomong apa” , gitu aja terus , tiap kali dosen ngomong sunda, gue tanya artinya ke temen, orang ngomong sunda gue tanya ke temen, pokok nya temen yg paling berjasa buat gue hingga gue lancar bahasa sunda itu ya Mirsa, Sudin, Irvan, haha Hatur nuhun lur! J sampe akhir tahun 2013 gue udh mulai paham tuh arti-arti bahasa sunda, sedikit-sedikit gue mulai praktikin tuh ilmu bahasa sunda gue, oh iya kelewat nih, sejak gue tau payun itu artinya depan, langsung gue praktikin ke supir angkot tuh, “kiri payuun”, ehh bener coy berhenti itu angkot, hahahaha.
Dan sampe sekarang alhamdulillah gue fasih bahasa sunda, ya kalo bahasa nya alus pisan mah ga ngerti gue haha.. pernah ya gue jajan di tukang jajanan, sambil ngobrol tuh pake bahasa sunda, gue tertantang doong, yaudah gue ladenin aja, pake bahasa sunda, lancar dong.. di akhir di tanya sama dia, “A, asli mana” kata tukang jajanan, “ bekasi pak”, “lho bukan nya bekasi mh betawi ya A” gue jelasin aja “ iya pak, tapi bekasi mh campur-campur, kalo saya kebetulan betawi krna deket ke jakarta” “ aa’ geuning tiasa nyarios sunda” . “ muhun pak, awalnya saya juga ga bisa, belajar aja otodidak pak, dari dengerin orang ngomong trus di tanya ke temen :D” eh si bapak muji “ ayeuna teu ka tingali a’ betawi na, tos alus basa sunda na” widiih seakan gue terbang men haha..
Jadi di sisa tahun gue kuliah yaa kira-kira dari 2014 lah gue mulai ngomong sunda, ya emang dasar yaa, logat itu susah di ubah, gue ngomong sunda, tapi temen gue bilang , “ente mh ngomong sunda tapi logat nya betawi gus” , degdesss emang yaa hahah... tapi eh tapi ketika gue pulang ke bekasi, gue ngobrol sm guru SMK gue, ketika gue ngomong tuh dia heran katanya, kok beda yaa ? dia tanya “kamu kuliah/kerja” , “kuliah pak, di bandung” . “ pantesan , ngomong nya udah beda, ngomong nya rada alus, jadi ngomong bahasa sini tapi nada nya sunda”. Degdesss.. gue seolah tidak di terima dimana-mana meen hahaha.. gue di bandung di bilang ngomong sunda nada dan logat nya betawi, lah di bekasi gue ngomong betawi, nada dan logat nya sund. Hahaha..
                Jadi ini awal gue mencintai sunda, gue belajar mencintai sunda dari bahasa nya, dan rasa cinta gue makin mendalam we, pas semester 4 ada mata kuliah budaya sunda, disitu belajar tentang budaya sunda,dll, setelah gue amati ternyata ada kesamaan sama yg emak gue ajarin ke gue, mulai dari nama-nama barang, dsb.
Waktu terus berjalan gue makin suka lah dengan sunda ini, mulai dari orang-orang nya yg ramah, rasa menghormati, menghargai gitu lho, ya gue tau sunda ga Cuma di bandung, tapi bandung cukup mewakili gue untuk kecintaan gue terhadap sunda. Ini juga tak lepas dari lingkungan tempat gue ngekost, kuliah dsb. Oh iya gue ngekost di gegerkalong Cuma 3 bulan, trus gue pindah ke lingawastu. Haha ga penting yaa :D
Dan sampe sekarang gue suka dengan sunda, gue pengen punya istri orang sunda, orang bandung, biar bisa keliling bandung bareng si cinta :D.
Oke gaes, udahan dulu yak..
Ya emang gue dasar nya ga pandai menuangkan apapun berupa tulisan setidak nya ini mewakili lah yaa hahah..
Kan, apa gue bilang juga apa! judul sama isi kagak nyambung kan!
Intinya mh gue suka sunda! Dah..
Hatur Nuhun tos maca tulisan abdi J A
Follow Me :
Ig : @Apriy25_
Twitter : @apriy25
Fb : Agus Priyanto

Mengambil berkah dari sebuah apel

dakwatuna.com -   “Alhamdulillah, selama hidup saya tidak pernah makan sesuatu atau memberikan sesuatu yang dilarang Allah pada anak say...